Minggu, 11 April 2010

MENDENGAR SUARA HATI

Kita melihat dengan pikiran kita, dan mendengar dengan hati kita.

Karenanya,

Saat kita tidak mampu lagi berpikir, atau saat kita tidak lagi mempercayai pikiran kita, atau saat berpikir pun tidak akan ada gunanya...

hati adalah satu-satunya pintu bagi datangnya pengertian yang langkah-langkahnya bisa mengambang dan terseret, atau yang berdentam dengan irama yang memperburuk degup ketakutan jantung kita, ...

yang dengan cara-cara yang misterius membuat kita 'mendengar' kata-kata penunjuk kepada jalan setapak yang ternyata telah lama berbaring di depan pintu penyelesaian masalah-masalah kita.

Dengannya,

Hati adalah juga pembuka jalan.
tetapi bagi dia yang menolak untuk mendengar arti -
adalah alasan untuk mengakhiri upaya untuk tetap bertahan.

Karena, hati yang menolak mendengar arti akan menjadi sebuah jalan luas di tengah tanah lapang - tetapi yang terlihat buntu.

Maka,

Anda yang berpikiran baik lah, yang akan melihat kebaikan.
Dan Anda yang berhati baik lah yang akan mendengar kebaikan.


Dan perhatikanlah,

Jika kebaikan adalah yang Anda tuju, maka kebaikan lah yang harus menjadi jalan Anda.

Perasaan damai bersama diri sendiri datang dari kejujuran kepada diri sendiri.

Tidak sedikit orang yang hidup dalam pengingkaran terhadap kerinduan asli hati mereka -
mengenai keleluasaan dan kebesaran hidup yang sebetulnya mereka inginkan.

Lalu dalam upaya untuk menenangkan diri, mereka bernegosiasi dengan hati mereka sendiri -
dengan harapan mereka bisa membuat hati mereka sendiri lupa mengenai hak atas keberhasilan mereka.


Sadarilah,

Hormat kepada diri sendiri adalah pembentuk keberanian pribadi yang sebenarnya.

Orang yang tidak jujur – ternyata – juga TIDAK menghormati orang yang tidak jujur.

Itulah sebabnya,

Berhati-hatilah dalam berbicara dengan diri Anda sendiri - karena ia mungkin bisa salah mengerti.

Hati yang merasa terperdaya akan menjadi suara pertama yang meragukan kesungguhan Anda.

Karena hanya,

Hati yang jujur menghasilkan tindakan-tindakan yang jujur.

Sehingga,

Hati Anda tidak mungkin mengharapkan selain kekayaan yang dalam keutuhannya tercerminkan senyum dari Tuhan Yang Maha Memberkati.



Undanglah suarahati Anda untuk keluar dari kebungkamannya, untuk kembali menyambut kita dalam kebersamaan yang membahagiakan.

Janganlah mendidik suara hati Anda untuk tidak mempercayai diri Anda sendiri.
Dengannya kehidupan kita akan terasa lebih ramah dan bernilai terhadap kehadiran kita.

Jiwa yang damai adalah kekayaan yang utuh, yang menjadi sandaran bagi semua kekayaan.

(Note : Mengapa Sulit Bagimu untuk Merasa Damai)

Hanya orang yang berhati damai dan berpikiran jernih dengan penuh rasa syukur, yang dapat mendengar dentingan suara hatinya.

Dan dengan terdengarnya suara hati, kita akan mendengar dan melihat petunjuk-petunjuk dari Tuhan Yang Maha Menunjukkan.

Di dalamnya kita akan diperkenankan melihat dan merasakan keajaiban-keajaiban dalam hidup ini.

Seseorang dengan hati yang kering dan retak-retak tidak akan bisa menghayati keindahan dari puisi yang dibacanya,
karena
seseorang yang mengenali keindahan sebuah puisi -
sedang sebetulnya mengenali keindahan yang ada di dalam hatinya sendiri -
melalui pilihan kata-kata yang peka dan cerdas dari penulis puisi itu.


Maka,

Katakanlah ….

Oh jiwaku, jadilah penguat bagiku.
Jadikanlah aku penguasa hidupku,
walaupun aku sekecil-kecilnya penguasa.
Bila jiwaku kuat,
aku akan menari di atas ombak kehidupan.
Tetapi jika jiwaku lemah,
ombak kehidupan akan menari di atas ku.
Maka aku akan jadikan jiwaku kuat,
agar jiwaku menjadikan aku kuat.
Karena aku dan jiwaku adalah satu.



Semoga tulisan ini dapat memberikan kedamaian dalam mendengarkan suara hati yang telah rindu untuk bersatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar