Pernahkah kita sadari Pada dasarnya sifat dasar manusia itu adalah sama, hanya yang membedakan adalah jasmani, kepribadian, intelektualitas, tingkat pengendalian diri, pendirian, ketabahan dan kesabaran serta keinginan.
Karena pada dasarnya apa yang kita sukai , sebagian besar orang lain juga cenderung berfikir sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai. Seperti halnya contoh jika kita suka dengan orang yang jujur, pandai,dermawan, baik hati, dan lain-lain sifat dan perbuatan baik lainnya yang kita sukai. Orang lain juga akan cenderung berfikir dan menilai sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai.
Seperti halnya contoh :
Karena pada dasarnya apa yang kita sukai , sebagian besar orang lain juga cenderung berfikir sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai. Seperti halnya contoh jika kita suka dengan orang yang jujur, pandai,dermawan, baik hati, dan lain-lain sifat dan perbuatan baik lainnya yang kita sukai. Orang lain juga akan cenderung berfikir dan menilai sama seperti apa yang kita fikirkan dan kita sukai.
Seperti halnya contoh :
-Jika kita marah bila disakiti orang lain,begitupun sama orang lain juga akan marah bila disakiti oleh kita.
-Jika kita tidak suka dan benci bila dibohongi orang lain, orang lain juga akan merasakan dan berfikiran sama tidak suka jika dibohong oleh kita.Dan lain sebagainya.
Begitupun sebaliknya.
-Apa yang kita suka, orang lain juga akan suka.
-Apa yang kita benci, orang lain juga akan benci.
Inilah yang membuktikan pada dasarnya sifat manusia itu pada dasarnya sama.
Oleh karena itu perlakukanlah orang lain seperti memperlakukan diri kita sendiri, agar tercipta hubungan harmonis antar sesama manusia.
Jangan pernah membedakan manusia dari warna kulit, suku, ras, dan agama, karena pada dasarnya sifat manusia itu adalah sama.
Dan setiap individu manusia mempunyai hak yang sama yakni hak untuk hidup yang telah Tuhan berikan.
Mari bina hubungan yang harmonis antar sesama manusia dan mahluk ciptaan Tuhan.
Mari bina hubungan yang harmonis antar sesama manusia dan mahluk ciptaan Tuhan.
Menurut Florence Litteur, dalam bukunya "Personality Plus", ada empat pola watak dasar manusia:
1. Golongan Sanguinis, "Yang Populer"
1. Golongan Sanguinis, "Yang Populer"
Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek', dan hidupnya serba tak beratur. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana.
Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.
2. Golongan Melankoli, "Yang Sempurna"
Mereka cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan,mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli' tak akan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli' anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan marah kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.
3. Golongan Koleris, "Yang Kuat"
Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh' melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy' itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban' karakternya yang suka `ngatur' dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, "hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua". Karena itu mereka sangat "goal oriented", tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat "ya pasti jadi." maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.
4. Golongan Phlegmatis "Cinta Damai"
Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, "kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan". Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Watak Campuran
Namun demikian, menurut Florence Litteur, keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah 'kadar'nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia. Misalnya ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis, yang suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa). Ada pula golongan Koleris Melankolik yang selalu ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Atau Phlegmatis Melankolik yang pembawaannya tenang, tetapi semua yang anda katakan, akan dipikirkan, dianalisa, dan pada saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam
matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan' pasangannya. Lalu berusaha untuk mennyikapinya secara bijaksana.
Namun demikian, menurut Florence Litteur, keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah 'kadar'nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia. Misalnya ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis, yang suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa). Ada pula golongan Koleris Melankolik yang selalu ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Atau Phlegmatis Melankolik yang pembawaannya tenang, tetapi semua yang anda katakan, akan dipikirkan, dianalisa, dan pada saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam
matang.
Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan' pasangannya. Lalu berusaha untuk mennyikapinya secara bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar